Hari Rabu,
28 Oktober 2015, perkuliahan filsafat ilmu bersama Prof. Marsigit kembali
digelar di ruang PPG 1 gedung FMIPA UNY. Perkuliahan yang dimulai pukul 07.30
tersebut kembali membahas tentang beberapa hal yang berasal dari pertanyaan
mahasiswa. Salah satu pertanyaan yang terlontar yaitu
“Mengapa
pikiran sulit menggapai hati dan pikiran sulit untuk diungkapkan?”
Berikut
jawaban dari beliau. Persoalan filsafat mencakup dua hal yaitu (1) menjelaskan
apa yang kita ketahui, dan (2) memahami apa yang ada di luar pikiran kita. Manusia
dalam hidupnya memiliki banyak keterbatasan. Hal ini sesuai dengan kodratnya
bahwa manusia bersifat terbatas. Hal ini berdampak pada suatu keadaan dimana
manusia tidak mampu dan tidak akan pernah mampu untuk memikirkan semua yang ada
di hatinya, manusia juga tidak mampu untuk mengungkapkan semua pikirannya,
serta manusia tidak akan pernah dapat menuliskan semua ucapan. Akan tetapi, hal
tersebutlah yang menyebabkan manusia menjadi hidup. Bayangkan saja jika manusia
mampu memikirkan semua yang ada dalam hatinya. Akankah manusia mampu tidur? Mampukah
manusia tetap beraktivitas? Tentunya hal tersebut akan terus membebaninya
sehingga dia tidak mampu untuk hidup. Perasaan dan pikiran manusia lebih luas
dari lautan di muka bumi ini. Hati seluas ciptaan Tuhan. Untuk itu ada saatnya
kita harus pikiran tidak mampu untuk menggapai hati, yaitu ketika kita sedang
berdoa atau bersembahyang kepada Tuhan. Saat itu pikiran kita harus berhenti. Jika
pikiran kita tidak berhenti maka kita adalah makhluk yang sombong. Karena dalam
doa kita harus ikhlas dan memfokuskan semua pada Tuhan. Biarkan hati yang
berkomunikasi, karena sebaik-baik fasilitator untuk menggapai Tuhan adalah dengan
hati kita. Oleh karena itulah mengapa pikiran manusia tidak mampu untuk
menggapai hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar