Selasa, 12 Januari 2016

BAGAIMANA FILSAFAT MEMANDANG LUPA


            Hari Selasa, 22 Desember 2015 pukul 15.30 sampai dengan 17.10 kami mengikuti perkuliahan filsafat ilmu bersama Prof. Marsigit. Di udara mendung itu kami diberi kesempatan untuk bertanya dan bertanya. Semenjak penjelasan tentang bahayanya tes jawab singkat dan kami diberi kesempatan untuk merasakan bahayanya, maka tes jawab singkat tidak pernah lagi masuk dalam agenda kuliah kami.
            Pertanyaan pada kesempatan ini adalah tentang lupa. Kurang lebih pertanyaan tersebut adalah “bagaimana filsafat memandang lupa?”. Beginilah pejelasannya. Dalam berfilsafat, orang yang memikirkan sesuatu itu berdimensi, begitu pula apa yang dipikirkannya juga berdimensi. Karena ini adalah filsafat maka berdimensi disini maksudnya adalah intensif dan ekstensif. Hal yang termasuk intensif adalah lupa material, lupa formal, lupa normatif, dan lupa spiritual. Yang termasuk pada dimensi ekstensif adalah lupa disini dan lupa disana, lupa kemarin, lupa sekarang, dan lupa yang akan datang. Selain itu, ternyata lupa juga ada lupa ontologis, lupa epistemologis, dan lupa aksiologis.
            Kendati semua orang akan mengalami lupa, tetapi lupa setiap orang itu berbeda-beda. Prof. Marsigit mengatakan bahwa lupanya dewa itu bijaksana, sedangkan lupanya daksa itu adalah bodoh. Lalu, apakah lupa merupakan suatu yang tidak baik? Tidak juga. Justru orang yang sehat adalah orang yang mampu melupakan. Bayangkan jika orang selalu menginat semuaya, pasti hidupnya adkan tersiksa dan dia tidak sehat. Ada banyak cara untuk melupakan, salah satunya adalah dengan berkegiatan yang membuat otak kita sibuk sehingga kita mampu melupakan hal-hal yang tidak seharusnya kita ingat.
            Jika ada lupa tentunya ada ingat. Kemampuan untuk mengingat merupakan potensi yang baik. Inat dan lupa merupakan hal yang saling melengkapi. Tidak akan pernah ada lupa jika tidak ada ingat, begitu pula sebaliknya. Ketika kita mengingat sesuatu pasti akan ada yang dilupakan karena manusa tidaklah sempurna. Ada kalanya kita harus lupa, salah satunya yaitu ketika kita menghadap Tuhan. Ketika itu kita harus melupakan kehidupan duniawi dan hanya harus berfokus pada Tuhan. Ketika kita masih saja mengingat-ingat hal duniawi maka kita termasuk orang yang sombong. Jadi, lupa itu bukanlah hal yang buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar