Hari Selasa, 22 Desember 2015 pukul
15.30 sampai dengan 17.10 kami mengikuti perkuliahan filsafat ilmu bersama
Prof. Marsigit. Di udara mendung itu kami diberi kesempatan untuk bertanya dan
bertanya. Semenjak penjelasan tentang bahayanya tes jawab singkat dan kami
diberi kesempatan untuk merasakan bahayanya, maka tes jawab singkat tidak
pernah lagi masuk dalam agenda kuliah kami.
Pertanyaan pada kesempatan ini
adalah tentang lupa. Kurang lebih pertanyaan tersebut adalah “bagaimana
filsafat memandang lupa?”. Beginilah pejelasannya. Dalam berfilsafat, orang
yang memikirkan sesuatu itu berdimensi, begitu pula apa yang dipikirkannya juga
berdimensi. Karena ini adalah filsafat maka berdimensi disini maksudnya adalah
intensif dan ekstensif. Hal yang termasuk intensif adalah lupa material, lupa
formal, lupa normatif, dan lupa spiritual. Yang termasuk pada dimensi ekstensif
adalah lupa disini dan lupa disana, lupa kemarin, lupa sekarang, dan lupa yang
akan datang. Selain itu, ternyata lupa juga ada lupa ontologis, lupa
epistemologis, dan lupa aksiologis.
Kendati semua orang akan mengalami
lupa, tetapi lupa setiap orang itu berbeda-beda. Prof. Marsigit mengatakan
bahwa lupanya dewa itu bijaksana, sedangkan lupanya daksa itu adalah bodoh.
Lalu, apakah lupa merupakan suatu yang tidak baik? Tidak juga. Justru orang
yang sehat adalah orang yang mampu melupakan. Bayangkan jika orang selalu
menginat semuaya, pasti hidupnya adkan tersiksa dan dia tidak sehat. Ada banyak
cara untuk melupakan, salah satunya adalah dengan berkegiatan yang membuat otak
kita sibuk sehingga kita mampu melupakan hal-hal yang tidak seharusnya kita
ingat.
Jika ada lupa tentunya ada ingat.
Kemampuan untuk mengingat merupakan potensi yang baik. Inat dan lupa merupakan
hal yang saling melengkapi. Tidak akan pernah ada lupa jika tidak ada ingat,
begitu pula sebaliknya. Ketika kita mengingat sesuatu pasti akan ada yang
dilupakan karena manusa tidaklah sempurna. Ada kalanya kita harus lupa, salah
satunya yaitu ketika kita menghadap Tuhan. Ketika itu kita harus melupakan
kehidupan duniawi dan hanya harus berfokus pada Tuhan. Ketika kita masih saja
mengingat-ingat hal duniawi maka kita termasuk orang yang sombong. Jadi, lupa
itu bukanlah hal yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar