Senin, 11 Januari 2016

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEBIJAKAN RUANG DAN WAKTU


Hari Rabu tanggal 21 Oktober 2015 kami kembali mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu dengan Prof. Marsigit. Seperti biasa, perkuliahan diawali dengan tes jawab singkat, dimana 50 soal diberikan sebagai pembuka atau pemanggil pengetahuan kami setelah membaca blog beliau. Setelah tes jawab singkat selesai dengan hasil yang lumayan tidak karuan (artinya kami harus banyak belajar lagi), perkuliahan dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan dari mahasiswa. Salah satu pertanyaan yang dibahas adalah mengenai pengambilan keputusan. Adapun pertanyaannya yaitu sebagai berikut.
“Apakah dalam filsafat ada pembahasan tentang salah mengambil keputusan?”
            Kemungkinan besar pertanyaan tersebut muncul dikarenakan kita sebagai manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan. Bahkan ada suatu ungapan yang mengatakan bahwa “between B ‘Birth’ and D ‘death’ there is C ‘choice’”. Artinya, selama hidupnya manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan dan di antara pilihan-pilihan terebut manusia harus dapat mengambil keputusan yang paling bijak.
            Adapun jawaban yang disampaikan oleh Prof. Marsigit adalah sebagai berikut. Salah dan benar di dalam filsafat hanyalah suatu titik kecil. Perhatian tentang benar dan salah bukanlah satu-satunya fokus utama dalam filsafat karena masalah benar dan salah diposisikan secara keseluruhan dalam membangun pola piker filsafat. Unsur yang benar dan salah merupakan struktur dari filsafat sendiri. Benar dan salah ada sebanyak pikiran para filsuf. Artinya setiap filsuf memiliki pandangan tentang benar dan salah sesuai pemikirannya sendiri. Misalnya saja menurut Perminides yang benar itu adalah yang tetap.  Hal ini tentunya bertentangan dengan pandangan Heraklitos yang mengatakan bahwa yang benar adalah yang berubah.
Salah dan benar itu termasuk kepada yang ada dan yang mungkin ada di dalam filsafat. Benarnya matematika adalah konsisten, benarnya pengalaman adalah cocok, benarnya para dewa adalah transednen, benarnya Tuhan itu adalah absolut. Dapat dilihat bahwa konsep benar bisa sedemikian banyak. Hal tersebut diakibatkan oleh berbedanya ruang dan waktu konsep benar.
Dalam filsafat, salah dalam mengambil keputusan dapat diterjemahkan sebagai ketidaksesuaian dengan ruang dan waktu. Prof. Marsigit mencontohkan ketika ada pertanyaan “4 kali 6 berapa?”. Untuk ukuran anak SD, jawabannya adalah 24. Akan tetapi, bagaimana jika kita menanyakan hal itu pada tukang foto? Maka jawabannya bisa saja Rp45.000,00 karena menurut pemahamannya konteks pertanyaan tersebut adalah berapa harga atau biaya untuk foto ukuran 4 x 6. Sehingga terdapat pandangan berbeda untuk ruang dan waktu yang berbeda.
Karena salah dalam mengambil keputusan dipandang sebagai ketidaksesuaian terhadap ruang dan waktu maka kesalahan dalam mengambil keputusan dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan di dalam ruang dan waktu. Sebagai contoh, ketika kita pada tengah malam masih menghidupkan radio keras-keras padahal kita paham bahwa hal tersebut akan mengganggu tetangga yang sedang beristirahat. Kita memiliki pilihan untuk menghidupkan radio atau tidak menghidupkan radio. Tetapi kita memilih untuk menghidupkan radio keras-keras. Kesalahan kita dalam mengambil keputusan tersebut mengindikasikan bahwa kita telah berlaku tidak sopan terhadap ruang dan waktu karena tidak sesuai dengan ruang dan waktu.
Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa manusia memiliki banyak pilihan dalam hidupnya. Akan tetapi dalam mengambil keputusan akan pilihan-pilihan itu manusia harus mempertimbangkan ruang dan waktunya. Karena pada dasarnya manusia harus selalu bijak dalam menghadapi ruang dan waktu dan hal tersebut adalah komponen yang penting dalam filsafat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar