Hari Selasa, 29 Desember 2015 kami kembali mengikuti
perkuliahan Filsafat Ilmu bersama Prof. Marsigit. Kuliah ini adalah perkuliahan
pengganti karena kami biasanya mengikuti kuliah pada hari Rabu. Pada kesempatan
ini kami diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk mengajukan pertanyaan
tentang segala hal yang ingin kami ketahui. Bagaimana tidak? Kami punya banyak
waktu karena perkuliahan dimulai pukul 7.30 WIB dan berakhir pukul 11.00. Untuk
itulah masing-masing dari kami mengajukan 5 pertanyaan. Dari keseluruhannya,
ada beberapa pertanyaan yang menarik untuk diikuti, salah satunya yaitu
pertanyaan tentang cara untuk menggapai ikhlas. Saya rasa pertanyaan ini muncul
karena elegi ritual ikhlas yang ada di blog Prof. Marsigit. Bagi saya, tulisan
tersebut menarik untuk diikuti oleh kita yang benar-benar ingin menggapai
ikhlas.
Ikhlas sejatinya tidaklah dapat kita
ungkapkan dengan kata-kata. Sebenar-benar ikhlas datangnya dari hati.ketika
kita mengatakan bahwa saya telah ikhlas, sebenarnya hal itu belum tentu dapat
menunjkkan keikhlasannya. Ikhlas menurut merupakan suatu transformasi untuk
merasa tidak memiliki apapun di hadapan Alloh SWT. Manusia tidak boleh
menggunakan “ku” atau mengaku-aku ketika berhadapan dengan Tuhannya, karena penggunaan
kata tersebut akan membuat kita terjerumus pada kesesatan. Sebenar-benar
keikhlasan dalam berdoa adalah ketika kita berada dalam ketidaksadaran. Untuk
itu, sebenar-benar menggapai ikhlas adalah ketika kita meyerahkan segalanya pada Alloh SWT dengan sepenuh hati
dan menganggap tidak ada daya dan upaya tanpa keberadaanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar