Hari Rabu
tanggal 21 Oktober 2015 kami kembali mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu dengan
Prof. Marsigit. Seperti biasa, perkuliahan diawali dengan tes jawab singkat,
dimana 50 soal diberikan sebagai pembuka atau pemanggil pengetahuan kami
setelah membaca blog beliau. Setelah tes jawab singkat selesai dengan hasil
yang lumayan tidak karuan (artinya kami harus banyak belajar lagi), perkuliahan
dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan dari mahasiswa. Salah satu pertanyaan
yang dibahas adalah mengenai pengambilan keputusan. Adapun pertanyaannya yaitu
sebagai berikut.
“Apakah dalam filsafat ada pembahasan tentang salah mengambil keputusan?”
Kemungkinan besar pertanyaan
tersebut muncul dikarenakan kita sebagai manusia selalu dihadapkan pada
pengambilan keputusan. Bahkan ada suatu ungapan yang mengatakan bahwa “between B ‘Birth’ and D ‘death’ there is C ‘choice’”.
Artinya, selama hidupnya manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan dan di
antara pilihan-pilihan terebut manusia harus dapat mengambil keputusan yang
paling bijak.
Adapun jawaban yang disampaikan oleh
Prof. Marsigit adalah sebagai berikut. Salah dan benar di dalam filsafat
hanyalah suatu titik kecil. Perhatian tentang benar dan salah bukanlah
satu-satunya fokus utama dalam filsafat karena masalah benar dan salah
diposisikan secara keseluruhan dalam membangun pola piker filsafat. Unsur yang benar dan salah merupakan struktur dari filsafat sendiri. Benar dan salah ada
sebanyak pikiran para filsuf. Artinya setiap filsuf memiliki pandangan tentang
benar dan salah sesuai pemikirannya sendiri. Misalnya saja menurut Perminides yang benar itu adalah yang tetap. Hal ini tentunya bertentangan dengan
pandangan Heraklitos yang mengatakan bahwa yang benar adalah yang berubah.
Salah dan benar itu termasuk kepada yang ada dan yang mungkin
ada di dalam filsafat. Benarnya matematika adalah konsisten, benarnya
pengalaman adalah cocok, benarnya para dewa adalah transednen, benarnya Tuhan
itu adalah absolut. Dapat dilihat bahwa konsep benar bisa sedemikian banyak.
Hal tersebut diakibatkan oleh berbedanya ruang dan waktu konsep benar.
Dalam filsafat, salah dalam mengambil
keputusan dapat diterjemahkan sebagai ketidaksesuaian dengan ruang dan waktu. Prof. Marsigit mencontohkan ketika ada
pertanyaan “4
kali 6
berapa?”.
Untuk
ukuran anak SD, jawabannya adalah 24. Akan tetapi, bagaimana jika kita
menanyakan hal itu pada tukang foto? Maka jawabannya bisa saja Rp45.000,00
karena menurut pemahamannya konteks pertanyaan tersebut adalah berapa harga
atau biaya untuk foto ukuran 4 x 6. Sehingga terdapat pandangan berbeda untuk
ruang dan waktu yang berbeda.
Karena salah dalam mengambil keputusan
dipandang sebagai ketidaksesuaian terhadap ruang dan waktu maka kesalahan dalam
mengambil keputusan dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan di dalam ruang dan
waktu. Sebagai contoh, ketika kita pada tengah malam masih menghidupkan radio keras-keras
padahal kita paham bahwa hal tersebut akan mengganggu tetangga yang sedang
beristirahat. Kita memiliki pilihan untuk menghidupkan radio atau tidak menghidupkan
radio. Tetapi kita memilih untuk menghidupkan radio keras-keras. Kesalahan kita
dalam mengambil keputusan tersebut mengindikasikan bahwa kita telah berlaku
tidak sopan terhadap ruang dan waktu karena tidak sesuai dengan ruang dan
waktu.
Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan
bahwa manusia memiliki banyak pilihan dalam hidupnya. Akan tetapi dalam
mengambil keputusan akan pilihan-pilihan itu manusia harus mempertimbangkan
ruang dan waktunya. Karena pada dasarnya manusia harus selalu bijak dalam
menghadapi ruang dan waktu dan hal tersebut adalah komponen yang penting dalam
filsafat.