Senin, 19 Oktober 2015

REFLEKSI KEDUA KULIAH FILSAFAT ILMU

WADAH DAN ISI
 
Hari Rabu, tanggal 16 September 2015 merupakan pertemuan kedua untuk kuliah Filsafat ilmu. Dalam kesempatan itu Prof. Marsigit membahas mengenai wadah dan isi dalam filsafat. Kuliah diawali dengan cerita pengalaman-pengalaman beliau dalam berkendara. Dalam berkendara, bisa dikatakan bahwa alat transportasi yang kita gunakan merupakan wadahnya, sementara konten psikologis dari pengendara tersebut merupakan isinya. Dengan kendaraan yang berbeda, maka akan berbeda pula konten psikologis yang dirasakan oleh pengendara. Misal, ketika kita mengendarai motor bebek, konten psikologi yang kita rasakan akan berbeda dengan ketika kita mengendarai motor gedhe. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa wadah mempengaruhi isi. Sebaliknya isi juga mempengaruhi wadah.

Dalam berkendara di jalanan, kita akan lebih nyaman jika kita dapat menyelaraskan diri dengan kondisi jalan raya. Jika teman-teman di jalan berkendara dengan kecepatan tinggi, alangkah baiknya jika kita juga dapat menyesuaikan, dengan catatan bahwa kendaraan kita dapat dipergunakan untuk melaju cepat dan kita memiliki kemampuan untuk melaju dengan kecepatan tinggi. Dari pengandaian ini, dapat saya simpulkan bahwa kehidupan kita akan menjadi menyenangkan jika kita dapat menyelaraskan pola hidup kita dengan lingkungan sekitar. Rasanya tidak menyenangkan jika teman-teman kita memiliki kemauan keras untuk belajar sedangkan kita hanya bermalas-malasan. Kita sebagai isi, harus menyesuaikan dengan wadah. Semua hal yang ada di dunia ini merupakan interaksi wadah dengan isi. Isi perlu wadah, wadah perlu isi, wadah perlu wadah, dan isi perlu isi.

Selain menjelaskan tentang wadah dan isi, Prof. Marsigit menjelaskan tentang hakikat manusia di dunia ini. Manusia yang sebenarnya, merupakan hal yang sulit dijelaskan. Betapapun kerasnya kita menjelaskan dan menyebutkan apa itu manusia, maka yang dapat kita sebutkan hanyalah sebagian kecil dari sifat-sifatnya saja. Untuk itu, sebenar-benar hidup adalah berusaha untuk mengerti walau kita sadar bahwa kita tidak akan memahami manusia secara sempurna. Yang sempurna di dunia ini hanyalah Tuhan Yang Maha Esa, Alloh SWT. Tetapi kita harus tahu bahwa karena ketidaksempurnaan tersebut manusia hidup. Hidup manusia adalah ketidaksempurnaan dalam kesempurnaan Tuhan.

Dalam hidup ini berlaku hukum sebab-akibat. Prof. Marsigit mencontohkan dengan proses pecahnya suatu kaca. Suatu kaca dilempar batu, lalu pecah. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Pastilah ada sebabnya. Sebagian dari kita akan menjawab bahwa kaca tersebut pecah karena dilempar batu. Dalam berpikir filsafat, kita harus dapat menjelaskan bahwa kaca tersebut pecah belum tentu karena dilempar batu. Ada banyak sebab yang dapat menjadikan kaca tersebut pecah. Bisa jadi, kaca pecah karena setelah dilempar batu, terjadi gempa, yang menyebabkan kaca tersebut pecah. Dari hal tersebut dapat saya simpulkan bahwa, ada banyak sebab untuk suatu akibat. Sehingga dengan belajar filsafat ini, kita harus dapat berpikir open ended. Tidak hanya saklek pada satu sebab saja, melainkan dapat juga menganalisis sebab lain yang menyebabkan suatu akibat, sehingga jika ada masalah, kita dapat menyelesaikannya dengan banyak cara.

Sekian, cuplikan kuliah Filsafat Ilmu pada pertemuan kedua ini. Sampai bertemu lain waktu.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar